Saat
ini, masyarakat Sunda kesulitan dalam melakukan regenerasi. Generasi
muda Sunda yang peduli terhadap masalah kesundaan sangat terbatas. Hal
ini bisa disebabkan kurangnya pemahaman generasi muda terhadap budaya
Sunda atau generasi tua yang tidak mempersiapkan penerusnya secara
sistematis.
"Proses regenerasi adalah sesuatu yang niscaya.
Regenerasi memerlukan kearifan ’para sesepuh’ dan inohong Sunda serta
kesiapan generasi muda Sundanya sendiri. Keduanya mesti dilakukan secara
simultan. Tanpa keduanya, mustahil regenerasi akan terjadi," ujar
Koordinator Komunitas Babarengan Bebenah Bangsa, Djaka Badrananya.
Menurut
Djaka, untuk penyiapan generasi muda Sunda, perlu upaya kaderisasi yang
sistematis dan terencana. Untuk itu, perlu kearifan generasi tua untuk
merelakan sebagian perannya diberikan kepada generasi muda. "Kami
meyakini, jika generasi muda Sunda diberi kesempatan maka generasi muda
kita akan mampu membangun masa depan yang lebih baik," ujar Djaka yang
juga Sekretaris Jenderal Badan Musyawarah Sunda (Bammus) Pusat.
Kaderisasi
ini, kata Djaka, diperlukan juga dalam konteks revitalisasi budaya
Sunda. "Kami berpandangan bahwa upaya dan ikhtiar yang tiada henti untuk
me-review budaya Sunda agar sesuai dengan konteks kekinian perlu terus
dilakukan. Budaya adalah proses yang dinamis. Ketika terjadinya
pembakuan maka akan terjadi kebekuan. Hanya, dalam proses revitalisasi
perlu diperjelas, wilayah mana yang dianggap tidak boleh berubah dan
wilayah mana yang mesti berubah," kata Djaka yang didampingi Herman
Afif.
Sumber: pikiran-rakyat.com